GENIT
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


 
IndeksIndeks  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya

Go down 
2 posters
PengirimMessage
Admin
Administrator
Administrator
Admin


Post : 51
Join : 18.09.14

Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya Empty
PostSubyek: Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya   Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya Empty8th October 2014, 10:49 am

Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya 67b42822-2baa-4dad-a71e-d485cc43b11f_u-19_merah_antara_m_risyal_hidayat

Indonesia berambisi untuk kembali ambil bagian di Piala Dunia U-20 tahun depan sekaligus mengulang prestasi serupa tahun 1979. Bedanya, kali ini mereka berupaya untuk pergi ke Selandia Baru melalui usaha sendiri, bukan sebagai tim pengganti seperti yang terjadi lebih dari 30 tahun yang lalu, di mana ketika itu mereka menggantikan Irak, runner-up AFC U-19 tahun 1978, yang menarik diri.

Piala AFC U-19 tinggal hitungan hari. Dihelat di Myanmar dan diikuti oleh 16 peserta, turnamen ini memberikan empat tiket langsung ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru pada Mei tahun depan. Indonesia menjadi salah satu peserta yang sangat berhasrat untuk mendapatkan satu tiket ke Selandia Baru. Caranya tidak mudah, meski bukan mustahil. Lolos ke semifinal, maka satu tempat di Negeri Kiwi itu dipastikan aman.

Di Myanmar, Indonesia tergabung di Grup B, bersama tiga peserta lainnya. Australia, Uzbekistan, dan Uni Emirat Arab, adalah lawan-lawan yang berpotensi mengubur asa Garuda Muda. Australia punya kelebihan baik dari aspek teknis maupun nonteknis. Selain itu, seperti Indonesia, Socceroos Muda juga melakukan persiapan yang intensif untuk menyambut Piala AFC ini, salah satunya adalah dengan turun di turnamen NTC Invitational di Amerika Serikat.

Meski tak keluar sebagai juara, mereka tidak terkalahkan di sana. Hal itu membuat sang bos, Paul Okon, puas bukan kepalang. Australia pun ambil bagian di Piala Nutifood yang dihelat sebagai pemanasan jelang Piala AFC U-19, di mana Indonesia hanya mengirimkan timnas U-19 B karena skuat utama terbang ke Spanyol, sayangnya mereka kandas di fase grup karena menelan dua kali kekalahan dari Jepang dan Vietnam.

Kekuatan Uzbekistan tidak berbeda jauh dengan Australia. Hanya saja, bergantinya persona di kursi pelatih mungkin sedikit mengganggu stabilitas tim. Alexey Evstafeev, yang berjasa mengantar Uzbekistan ke Myanmar, justru memilih untuk mundur medio Maret tahun ini. Posisinya kemudian diisi oleh Sergey Lushan. Sayangnya, Lushan pun tak bertahan lama. Ketika tawaran dari salah satu klub mapan di negara eks Soviet itu datang, Lushan tak kuasa menolak. Juni lalu, ia resmi menangani Bunyodkor Tashkent. Kini, tempatnya dihuni oleh Ravshan Haydarov yang sebelumnya menjadi pelatih ad-interim di Dynamo Samarqand.

Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya B88e13d0-4df6-11e4-b728-f13e6c199a2a_Persiapan-Piala-Asia-11014-RS-3

Praktis, hanya Uni Emirat Arab lawan cukup familiar bagi Evan Dimas dkk. Mereka sempat menjadi lawan latih tanding sebanyak dua kali dalam rangkaian Tur Timur Tengah, seminggu sebelum undian grup dibacakan. Kedua laga berhasil dimenangi Indonesia dengan skor 4-1 dan 2-1. Namun, Evan Dimas dkk. mesti kerja keras untuk mengulang hasil baik tersebut.

Dalam perjalanannya, timnas U-19 menuai banyak pujian serta kritikan. Mulai mencuri perhatian di Sidoarjo dengan memboyong Piala AFF U-19, mereka dipuji karena memiliki ketahanan fisik yang luar biasa. Mereka adalah anomali dari kebanyakan timnas yang dibentuk sebelumnya, baik timnas kelompok umur maupun timnas senior, yang biasanya kehabisan napas ketika pertandingan sudah berjalan lebih dari 60 menit.

Alih-alih bermain serampangan, mereka justru kerap menunjukkan tren bagus pada paruh kedua pertandingan. Mereka pun sanggup bermain baik hingga babak tambahan dan adu penalti. Bukti sahihnya adalah ketika berhadapan dengan Vietnam di final AFF U-19.

Pujian semakin membanjiri ketika mereka berhasil tampil memukau di Kualifikasi Piala AFC U-19 pada Oktober tahun lalu. Mereka sukses menjadi juara Grup G dengan mengalahkan Laos, Filipina, dan juara bertahan, Korea Selatan. Kemenangan melawan Korea Selatan bahkan menjadi sangat monumental karena Indonesia berhasil meraih tiket ke Myanmar dengan cara yang elegan, mengalahkan sang juara bertahan. “Indonesia itu lebih besar dari Korea Selatan, itu yang harus diingat. Sampaikan ke mereka (Korea Selatan), siap-siap, tanggal 12 Oktober akan kami kalahkan,” kata Indra sebelum dihelatnya pertandingan tersebut.

Kalimat yang keluar dari mulut Indra menggambarkan betapa ia amat yakin terhadap kemampuan timnya. Kemenangan tersebut, menurut asisten pelatih timnas U-19, Eko Purjianto, merupakan salah satu tolak ukur kemampuan Hargianto dkk. “Pembuktian kemampuan anak-anak itu kami anggap ketika berhadapan dengan Korea Selatan, mas,” kata eks pemain PSIS ini ketika bertemu di pemusatan latihan di Karawaci, Tangerang.

Indra Sjafri dan tim pelatih sejauh ini berhasil mengubah stigma buruk yang kadung melekat di timnas. Tidak ada lagi timnas yang serampangan memainkan Si Kulit Bundar dan kehabisan napas ketika pertandingan masih menyisakan banyak waktu. Tim pelatih menggunakan metode terkini yang digabung dengan pengetahuan sains terkait olahraga untuk menciptakan teknik pelatihan yang menghasilkan pemain-pemain dengan fisik mumpuni.

Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya 50a58320-440f-11e4-9ad2-4598abc568da_456031368

Kesalahan demi kesalahan ketika melakukan umpan mulai minim. Mereka berhasil memainkan bola dari ke kaki lewat umpan-umpan pendek sembari sesekali melepas umpan panjang dengan presisi. Hal itu dimungkinkan karena para pemain didukung oleh kemampuan untuk terus berlari dan membuka ruang bagi pemain lainnya. Gaya bermain itu kemudian disebut tiqui-taca oleh banyak orang mengacu gaya yang dimainkan oleh Barcelona. Namun, pria asal Lubuk Nyiur itu menolak dan memilih nama pepepa, yang merupakan singkatan dari pendek-pendek-panjang, untuk menyebut gaya bermain timnya.

“Indonesia harus punya pakaian sendiri. Cara bermain sendiri, filosofi bermain sendiri, dan tentu gaya permainan sendiri,” kata Indra menjelaskan tentang alasannya mengapa memilih nama pepepa. Gaya bermain seperti itu yang kemudian dipercaya mampu untuk memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh para jaduk muda itu. Selain itu, pelatih yang sempat bekerja di kantor pos itu berhasil menularkan keberanian kepada seluruh anak asuhannya.

Jika dulu Indonesia lebih dikenal sebagai lakon inferior ketika berhadapan dengan lawan yang memiliki nama besar, kini semuanya berubah. Garuda Muda memiliki keberanian absolut yang akhirnya memberikan ketenangan kepada para pemainnya ketika berada di lapangan. Bahkan, ketika sedang dalam keadaan tertinggal, mereka tetap berani memainkan bola dengan skema umpan-umpan pendek dan membangun serangan dari bawah.

“Mereka memperlihatkan bahwa tidak ada sedikit pun ketakutan dalam diri mereka meski menghadapi lawan yang statusnya juara bertahan dan kami percaya mereka mampu untuk terus tampil baik hingga beberapa tahun ke depan. Sekarang, tugas kami adalah untuk memastikan mereka berada di jalur yang benar. Mungkin agak sedikit sulit karena yang kami ampu saat ini adalah pemain-pemain muda yang suasana hatinya mudah berubah. Namun, kami akan berusaha sebaik mungkin,” jawab Eko Purjianto ketika ditanya soal kekuatan mental yang dimiliki oleh anak-anak muda di dalam skuat timnas U-19.

Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya 2014-09-24T164941Z_595921453_GM1EA9P026G01_RTRMADP_3_SOCCER-SPAIN-SUAREZ

Ketika melakoni beberapa laga latih tanding, baik yang sifatnya ketengan maupun dalam rangkaian tur--yang sempat disindir sebagai tur sirkus karena terkesan disetir oleh pihak televisi yang memegang hak siaran langsung, kritikan mulai muncul. Salah satu yang paling disorot adalah ketergantungan berlebih terhadap Evan Dimas, kapten tim. Produk binaan klub Mitra Surabaya itu memang jaduk yang perannya paling sulit untuk digantikan. Dari 38 pertandingan, sejak Piala AFF U-19 hingga Trofi Hassanal Bolkiah, pemain yang mengenakan nomor punggung enam di tim ini sudah melesakkan 21 gol, ditambah delapan umpan matangnya yang berhasil dikonversi menjadi gol dalam rentang waktu setahun, menjadikannya bidikan lawan nomor satu.

Tim pelatih bukannya tak menyadari potensi bahaya itu. Ketika bertanding dua kali melawan Myanmar kurun waktu tiga hari di Jakarta, kekhawatiran tersebut terbukti. Gerd Friedrich Horst, pelatih Myanmar, sukses membuat Indonesia mati kutu. Caranya adalah dengan mematikan pergerakan Evan Dimas dan terbukti Indonesia gagal memenangi laga dan bermain tak seperti biasanya. Belakangan tim pelatih mencoba memainkan Paulo Sitanggang berbarengan dengan pemuda asal Surabaya itu, menggantikan Zulfiandi yang kerap dibekap cedera.

Meski memiliki gaya main yang cenderung berbeda, Evan lebih sebagai pengatur permainan dan Paulo berperan sebagai gelandang box-to-box, kehadiran Paulo di lapangan mampu membuat beban Evan sedikit berkurang karena mobilitas pemuda yang dikontrak oleh Mitra Kukar itu memecah perhatian lawan. Pengakuan terhadap talenta yang dimiliki oleh pengidola Andres Iniesta itu bahkan tak hanya muncul dari dalam negeri.

Tom Byer, pria Amerika Serikat yang merupakan tokoh pergerakan sepak bola akar rumput di Jepang, mengakui bahwa Evan merupakan pemain spesial ketika ditemui di salah satu hotel di kawasan Kuningan, Jakarta. Namun, pria asal Amerika Serikat yang juga hadir pada malam ketika Indonesia mengalahkan Korea Selatan ini menambahkan bahwa Evan tidak akan dapat berbuat banyak jika rekan-rekannya tidak memiliki kemampuan yang juga mumpuni.

Pria yang disapa Tom-san ini bermaksud meredam euforia berlebihan yang sedang melanda pencinta sepak bola di Indonesia karena akan memiliki efek buruk bagi pemain-pemain muda. Pria yang lewat metode pelatihannya berhasil menelurkan pemain-pemain hebat di Jepang, seperti Keisuke Honda dan Shinji Kagawa ini bahkan dengan tegas menyebut bahwa dibutuhkan ribuan Evan Dimas untuk membawa sepak bola negeri ini ke level terhormat.

Kritikan yang muncul satu demi satu tentu menjadi tugas tim pelatih untuk membenahi segala kekurangan yang ada dalam waktu yang tersisa. Namun, ada satu hal yang rasanya harus menjadi perhatian. Mereka mesti memastikan bahwa keberanian yang selama ini ditunjukkan oleh Garuda Muda tetap terjaga di dalam jiwa dan raga tiap pemain. Karena sonder keberanian sulit rasanya berharap Garuda Muda mewujud menjadi Garuda Jaya. Jika keberanian itu sirna, kita akan sadar bahwa sepak bola kita memang tak ke mana-mana.

Kembali Ke Atas Go down
https://genit.forumid.net
David_Beckham
Newbie



Post : 3
Join : 10.12.14

Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya Empty
PostSubyek: Re: Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya   Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya Empty10th December 2014, 12:37 am

kalah min....tapi tetep salut dah...
Kembali Ke Atas Go down
 
Menuju Turnamen Yang Sesungguhnya
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Indra Sjafri Sesali Gol yang Dicetak Valencia B: Kesalahan Bek, PR Lagi Buat Timnas
» 6 Senjata Sniper Tercanggih yang Pernah di Ciptakan
» 15 Fakta Tentang Bruce Lee yang Agan Belum Ketahui
» Inilah Komputer Seukuran Flashdisk yang Bakal Jadi Tren
» Mahasiswi Cantik Yang Magang Di Kantor Ahok Ini Mendadak Menjadi Tenar

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
GENIT :: Sport-
Navigasi: